Jokowi-Basuki
Berhasil Membangun Citra
Fabian Januarius Kuwado
| Kistyarini | Jumat, 21 September 2012 | 07:38 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Simpatisan cagub dan cawagub DKI Jakarta, Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menjual baju khas pasangan calon tersebut di
Jalan Yusuf Adiwinata, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (27/8/2012). Dari hasil
penjualan baju ini sebagian keuntungan digunakan untuk biaya kampanye pasangan
calon tersebut.
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta tahun 2012 telah
selesai. Pada berbagai hitung cepat, pasangan nomor urut tiga, Joko
Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, unggul atas rivalnya, pasangan nomor urut satu,
Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Lalu apa faktor yang membuat suara Jokowi-Basuki
melambung?
Toto Izul Fatah,
Direktur Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia, mengungkapkan, pasangan
Jokowi-Basuki sukses membangun citra positif pada publik DKI. Terbukti dari
survei LSI yang menunjukkan pasangan yang diusung PDI Perjuangan dan Partai
Gerindra itu memiliki selisih keunggulan 7-8 persen atas rivalnya.
"Jokowi berhasil
membangun figur sebagai orang polos, sederhana, merakyat, dan agak sedikit
terzalimi. Apalagi dengan melihat perolehan suara seperti ini," ujar Toto
seusai konferensi pers hitung cepat yang dilakukan LSI di kantornya, Kamis
(20/9/2012).
Dalam survei hitung
cepat tersebut, LSI juga mendapatkan hasil bahwa tingkat golput dalam putaran
kedua mengalami penurunan dari 37 persen ke 35 persen. Menurut Toto, 2 persen
pemilih yang sebelumnya golput mengarahkan suaranya kepada Jokowi-Basuki. Salah
satu faktor migrasi suara itu adalah ketertarikan pemilih terhadap karakter
Jokowi-Basuki.
"Kalau dalam
analisis survei, 2 persen itu sebagai pelawan halus terhadap incumbent. Di satu sisi dia belum ketemu calon yang lebih
hebat. Ada juga yang akhirnya kepincut," tuturnya.
Namun, Toto menegaskan,
seharusnya citra yang bagus memiliki sinergi dengan program kebijakan.
Menurutnya, pasangan pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki
pencitraan positif dan memiliki program kebijakan yang bagus pula. Pasalnya,
tak semua pemimpin yang memiliki rencana kebijakan yang bagus, punya citra yang
bagus pula.
Kondisi seperti itulah
yang membuat Jokowi dan Basuki dianggap memiliki beban berat jika angka hitung
cepat tak berubah signifikan. Pasangan yang memiliki slogan Jakarta Baru itu
harus mampu memenuhi harapan publik DKI mengurai benang kusut permasalahan di
Ibu Kota.
Dalam hasil hitung cepat
LSI, pasangan nomor urut satu, yaitu Foke-Nara meraih 46,32 persen. Sementara
rivalnya, pasangan nomor urut tiga, Jokowi-Basuki, menang dengan mendapat 53,68
persen. Persentase tersebut didapat dari 350 TPS yang tersebar dan dipilih
secara acak di DKI Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar