Selasa, 24 Juli 2012

Pengangguran: NO WAY!!!


Spirit Entrepreneurship di Dunia Pendidikan



Jumlah pengangguran di Indonesia semakin hari bukannya semakin berkurang. Angkanya juga demikian tinggi. Saat ini jumlah pengangguran di negeri ini tak kurang dari 42 juta jiwa. Dari angka tersebut sekitar 5 juta di antaranya adalah pengangguran bertitel sarjana. Dengan demikian, hampir seperempat dari total jumlah penduduk Indonesia bergelar pengangguran, baik pengangguran kentara maupun tidak kentara. I mplikasinya tentu saja hal itu ikut mendongkrak angka kemiskinan. Pengangguran dan kemiskinan adalah dua faktor sosial yang saling berimpit. Dan keduanya merupakan problem sosial yang krusial.
Data statistik tentang pengangguran yang demikian tinggi bukanlah hal yang baru buat kita. Pasalnya, setiap tahun ribuan sarjana diwisuda di ribuan perguruan tinggi. Pada saat itulah deretan calon-calon pengangguran sudah terlihat wajahnya di depan mata. Media massa pun selalu memunculkan angkanya. Mengapa demikian? Karena faktanya, jumlah lowongan pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan peningkatan jumlah pencari kerja. Lowongan yang tersedia mengikuti deret hitung, sementara pencari kerja jumlahnya mengikuti deret ukur. Itulah sebabnya pengangguran pun meningkat tajam.
Kita lihat di kantor-kantor pos setiap hari Senin dan Selasa, berderet anak-anak muda menenteng amplop coklat besar, bertumpuk-tumpuk. Apalagi isinya kalau bukan surat lamaran pekerjaan. Setiap minggu mereka lakukan itu, bahkan ada yang setia melakukannya sampai berbulan-bulan meski tak ada satupun dari surat lamaran pekerjaannya diterima di sebuah perusahaan. Lalu muncullah semacam ledekan, pekerjaan kok melamar pekerjaan? Dan yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kecut karena faktanya memang demikian.
Membludaknya pengangguran di kalangan kaum muda dan sarjana sungguh memprihatinkan kita semua. Untuk itu, berbagai pihak harus memikirkan alternatif solusi untuk keluar dari persoalan yang akut dan ditemui setiap tahun itu. Bagaimanapun pengangguran akan menjadi bom waktu jika tidak ada penanganan yang serius dan solutif. Pengangguran akan berhubungan dengan katup sosial yang bisa pecah dan menimbulkan beragam kerawanan sosial: seperti kriminalitas, konflik, disparitas sosial, dan sebagainya.
Kaum muda sendiri seyogyanya menyadari bahwa tersedianya lapangan kerja memang makin menyempit semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia pasca reformasi. Banyak perusahaan tumbang diterpa badai krisis dan kurs rupiah terhadap dollar yang semakin melemah. PHK pun terjadi dimana-mana. Ada 45 juta orang miskin di Indonesia dan semuanya berjuang berebut pekerjaan di berbagai sektor.
Mengubah Mindset
Maka mengubah mindset di kalangan dunia pendidikan, khususnya lagi di kalangan mahasiswa (kampus) adalah langkah yang tak bisa lagi ditolerir. Kamum muda sekarang seyogyanya tak lagi harus mengandalkan lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah maupun perusahaan swasta. Harus dibentuk mindset baru bahwa pekerjaan harus bisa diciptakan mereka sendiri. Dengan bekal ilmu yang sudah diperoleh di perguruan tinggi maupun dari networking yang bisa dibangun dengan berbagai kalangan selama menjadi (aktivis) mahasiswa.
Inilah yang dinamakan mindset entrepreneurship. Yakni, mengubah dari paradigma mencari pekerjaan menjadi berwirausaha secara mandiri. Menciptakan peluang usaha bagi dirinya sendiri dan orang lain sehingga tidak perlu melamar kemana-mana. Langsung action membuat lapangan usaha dan mendapatkan penghasilan dari usaha yang dikembangkan tersebut. Tidak perlu susah-susah menjadi karyawan tetapi bisa langsung menjadi bos atas usahanya sendiri.
Untuk itulah diperlukan iklim baru yang mewarnai dunia pendidikan kta (kampus). Virus entrepreneur perlu sejak dini dikenalkan ke kalangan siswa dan mahasiswa. Seminar-seminar kewirausahaan perlu sesering mungkin digelar, dikenalkan secara lebih dekat kepada mahasiswa. Pengusaha-pengusaha yang telah sukses di bidang usahanya perlu secara periodik dihadirkan ke dalam kampus agar berbagi pengalamannya. Jam terbang mereka sebagai pengusaha dari merintis usaha hingga menggapai kesuksesannya diharapkan dapat menginspirasi para mahasiswa untuk tertarik menerjuni dunia entrepreneur (bisnis).
Terkadang memang muncul ketakutan dan keraguan untuk memulai terjun ke dunia bisnis itu. Nah, banyaknya workshop dan seminar yang digelar serta sharing pengalaman dari para pengusaha sukses adalah sarana yang efektif untuk memberi bekal serta melatih skill mahasiswa sebelum benar-benar terjun ke dunia entrepreneur. Sekaligus untuk membangun networking semenjak awal. Jika itu semua bisa dikelola sejak dini maka ketakutan-ketakutan akan kegagalan atau berbagai kendala yang akan dihadapi saat terjun ke dunia bisnis, tidak perlu menghantui mereka karena pasti ada solusi dan panduannya.
Jika virus entrepreneur ini sudah bisa merasuk ke kalangan mahasiswa maka ke depannya diharapkan kampus tidak lagi menjadi pencetak kader-kader PPP (Pabrik Pencetak Pengangguran). Atau mencetak Pasukan Pencari Pekerjaan. Yang terjadi sebaliknya, mereka bisa menjadi pionir-pionir baru yang mewujudkan lapangan-lapangan pekerjaan baru.
Dengan demikian, hitamnya toga ketika wisuda tidak lagi akan menjadi momok yang menggambarkan kelamnya masa depan. Sebaliknya, hitamnya toga adalah titik awal untuk mengubah kelamnya masa depan menjadi masa depan yang gemilang penuh kesuksesan melalui jalur entrepreneurship. Berbagai pengalaman pengusaha sukses menunjukkan untuk sukses di dunia bisnis itu tidak sesulit yang dibayangkan. Kalau sudah diterjuni, satu demi satu kendala bisnis itu ternyata bisa dihadapi secara mudah.
Masuk Sekolah
Sesungguhnya semakin dini entrepreneurship itu dikenalkan di kalangan generasi muda hasilnya akan semakin baik. Oleh sebab itu, bukan hanya d perguruan tinggi spirit entrepreneurship perlu diperkenalkan sejak dini. Bahkan sedini mungkin, bahkan semenjak di Sekolah Dasar, semangat entrepreneurship itu perlu dikenalkan.
Apakah yang paling inti dari spirit entrepreneuship itu? Tak lain adalah suatu paradigma dimana kita bisa mengubah setiap potensi apapun yang ada di sekeliling kita untuk dikembangkan nilai manfaatnya bagi orang banyak. Selama ini generasi muda kita hanya ditanamkan semangat memakai, memanfaatkan, dan segala hal yang berbau komsumtif. Dengan entrepreneur mindset mereka diubah, yakni menjadikan diri mereka lebih kreatif, inovatif, dan produktif terhadap setiap hal yang mungkin dikembangkan.
Nah, jika semenjak di Sekolah Dasar hal ini sudah dikenalkan dan ditanamkan dasar-dasarnya maka di kemudian hari untuk mencetak mereka menjadi entrepreneur-entrepreneur handal akan lebih mudah. Jika itu mampu dilakukan otomatis jumlah pengungguran akan teratasi dengan sendirinya, kemiskinan dapat ditanggulangi, sehingga kehidupan masyarakat Indonesia akan jauh lebih sejahtera.
Maka spirit entrepreneurship di sekolah-sekolah itu harus mulai ditumbuhkembangkan sejak sekarang. Agar dalam 20-25 tahun mendatang kita sudah menuai buahnya. Kapan lagi? ###

Tidak ada komentar:

Posting Komentar